LAPORAN
SURVEILANS EPIDEMOLOGI DI PUSKESMAS
PALLANGGA
Disusun Oleh :
KELOMPOK IV :
SUKMAWATI PO.71.3.221.14.1.041
ADE ISFI
HAYATUL ULFA PO.71.3.221.14.1.004
DIMAS SATRIA
NUR’ALAMSYAH PO.71.3.221.14.1.013
KURNIA AHMAD PO.71.3.221.14.1.018
NURPIYANI PO.71.3.221.14.1.030
MUTIARA SARI
PRATIWI PO.71.3.221.14.1.025
REZA PAHLEWI
SYAM PO.71.3.221.14.1.035
RIFQA
DAMAYANTI PO.71.3.221.14.1.036
YERLISA BESO PO.71.3.221.14.1.048
KEMENTRIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN
LINGKUNGAN
PRODI DIII
2016-2017
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan laporan
ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
Kami sangat
berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai “SURVEILANS EPIDEMOLOGI DI PUSKESMAS PALANGGA
Penulis juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat kekurangan-kekurangan
dan jauh dari apa yang penulis harapkan.
Untuk itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga
laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan penulis memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.
Makassar, Mai 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Surveilans kesehatan
masyarakat merupakan pengumpulan, analisis, dan analisis data
secara terus- menerus dan sistematis yang kemudian didiseminasikan
(disebarluaskan) kepada pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam
pencegahan penyakit dan masalah kesehatan lainnya (DCP2, 2008).
Surveilans memantau
terus-menerus kejadian dan kecenderungan penyakit, mendeteksi dan
memprediksi outbreak pada populasi, mengamati
faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit, seperti perubahan-perubahan
biologis pada agen, vektor, dan reservoir. Selanjutnya surveilans
menghubungkan informasi tersebut kepada pembuat keputusan agar dapat dilakukan
langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit (Last,
2001). Kadang digunakan istilah surveilans epidemiologi. Baik surveilans
kesehatan masyarakat maupun surveilans epidemiologi hakikatnya sama saja,
sebab menggunakan metode yang sama, dan tujuan epidemiologi adalah
untuk mengendalikan masalah kesehatan masyarakat, sehingga epidemiologi dikenal
sebagai sains inti kesehatan masyarakat (core science of public health).
Surveilans memungkinkan
pengambil keeputusan untuk memimpin dan mengelola dengan efektif.
Surveilans kesehatan masyarakat memberikan informasi kewaspadaan dini
bagi pengambil keputusan dan manajer tentang masalah-masalah
kesehatan yang perlu diperhatikan pada suatu populasi..
B. Tujuan
Tujuannya
adalah untuk pengamatan penyakit menular atau surveilans epidemologi dan kejadian luar
biasa ( KLB ) di Puskesmas Pallangga.
BAB II
GAMBARAN KEADAAN PUSKESMAS PALLANGGA
A. Keadaan Umum
1. Geografis
Pallangga
secara administratif terbagi dalam 16 desa dan kelurahan merupakan kecamatan
dengan jumlah desa dan kelurahan terbesar di Gowa. Kecamatan Pallangga dibentuk
berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Gowa Nomor 7 Tahun 2007 Tentang
Pembentukan Kecamatan di Kabupaten Gowa.
Kecamatan
Pallangga merupakan satu dari 18 kecamatan di kabupaten
Gowa,
Sulawesi-Selatan (Sulsel). Pallangga berada pada daerah dataran dimana
wilayahnya berbatasan dengan beberapa kecamatan lain di Gowa. Berikut
batas-batas wilayah kecamatan Pallangga:
Sebelah Utara Berbatasan Dengan
Kecamatan Sombaopu,
Sebelah Selatan Berbatasan Dengan
Kecamatan Bajeng,
Sebelah Barat Kecamatan Barombong,
Sebelah Timur Berbatasan Dengan Kecamatan
Bontomarannu.
Berikut
nama-nama desa dan kelurahan di kecamatan Pallangga yaitu Kelurahan
Pangkabinanga ,Kelurahan Manggalli, Kelurahan Tetebatu, Desa Bontoala, Desa
Jenetallasa, Desa Julubori, Desa Julupamai, Desa Parangbanoa , Desa Taeng, Desa
Toddotoa, Desa Bontoramba, Desa Kampili, Desa Julukanaya, Desa Paknakukang, Desa
Pallangga dan Desa Bungaejaya. Salah satu puskesmas yang ada di Kecamatan
Pallangga yaitu Puskesmas Pallangga secara administrasi terletak di Kecamatan
Pallangga sekitar 2,45 kilometer dari
ibukota kabupaten. Luas wilayah Puskesmas Pallangga ± 28,8 km2 dengan
waktu jangkau dari desa ke Puskesmas yang terdekat 15 menit yang terjauh 60
menit.
2. Demografis
Jumlah penduduk kecamatan Pallangga
pada tahun 2015 sebesar 69.864 jiwa, terdiri dari laki-laki sebesar
33.896 jiwa dan perempuan sebesar 35.968 jiwa. Untuk selanjutnya dilihat dari
tabel 1
Tabel 1
Data Jumlah
Penduduk Perdesa Diwilayah Puskesmas Pallangga
Tahun 2015
Sumber : data yang diperoleh dari puskesmas Pallangga
3. Transportasi
Luas wilayah
Puskesmas Pallangga + 28,8 km2 Dengan waktu jangkau dari Desa ke Puskesmas yang
terdekat 15 menit yang terjauh 60 menit dengan kondisi jalanan poros beraspal dan sebahagian jalan desa
pengerasan ,semua pusat pemerintahan Desa dapat dijangkau dengan kendaraan roda
empat dan dua.
4. Pendidikan
Berdasarkan
data yang ada dipuskesmas Pallangga ,tingkat pendidikan masyarakat berpariasi, mulai dari tidak sekolah,
sekolah dasar, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Untuk selanjutnya lihat tabel 2.
Tabel 2
Data
sarana Pendidikan diwilayah Puskesmas Pallangga
Tahun 2015
Sumber : data yang diperoleh dari puskesmas Pallangga
B.
Keadaan Sumber Daya
Upaya kesehatan membutuhkan sumber daya manusia yang memadai, kemampuan
untuk memberikan pelayanan kesehatan
akan memberikan dampak kepada peningkatan derajat kesehatan
masyarakat.Berdasarkan data yang ada dipuskesmas Pallangga, pada tahun 2015 jumlah tenaga yang ada sebanyak 91 orang. Untuk selanjutnya dilihat di tabel 3
Tabel 3
Data Jenis Dan Jumlah Pegawai Di Puskesmas Pallangga
Tahun 2015
Sumber : data yang diperoleh dari puskesmas Pallangga
BAB III
PENGAMATAN PENYAKIT MENULAR
PENGAMATAN PENYAKIT MENULAR
A. Konsep Dasar
Surveilans Epidemiologi
Penyelenggaraan Surveilans
Epidemiologi Kesehatan wajib dilakukan oleh setiap instansi kesehatan
Pemerintah, instansi Kesehatan Propinsi, instansi kesehatan kabupaten/kota dan
lembaga masyarakat dan swasta baik secara fungsional atau struktural. Mekanisme
kegiatan Surveilans epidemiologi Kesehatan merupakan kegiatan yang dilaksanakan
secara sistematis dan terus menerus dengan mekanisme sebagai berikut :
a.
Identifikasi kasus dan masalah kesehatan serta
informasi terkait lainnya.
b.
Perekaman, pelaporan dan pengolahan data, Analisis dan intreprestasi
data serta Studi
epidemiologi
c.
Penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkannya, Membuat rekomendasi dan
alternatif tindak lanjut serta Umpan balik.
Jenis
penyelenggaraan Surveilans epidemiologi adalah sebagai berikut:
a.
Penyelenggaraan Berdasarkan Metode Pelaksanaan
1. Surveilans
Epidemiologi Rutin Terpadu, adalah penyelenggaraan Surveilans epidemiologi
terhadap beberapa kejadian, permasalahan dan atau faktor resiko kesehatan.
2. Surveilans
epidemiologi Khusus, adalah penyelenggaraan Surveilans epidemiologi terhadap
suatu kejadian, permasalahan , faktor resiko atau situasi khusus kesehatan
3. Surveilans
sentinel, adalah penyelenggaraan Surveilans epidemiologi pada populasi dan
wilayah terbatas untuk mendapatkan signal adanya masalah kesehatan pada suatu
populasi atau wilayah yang lebih luas.
4. Studi
epidemiologi, adalah penyelenggaraan Surveilans epidemiologi pada periode
tertentu serta populasi atau wilayah tertentu untuk mengetahui lebih mendalam
gambaran epidemiologi penyakit, permasalahan dan atau factor resiko kesehatan.
b.
Penyelenggaraan berdasarkan Aktifitas Pengumpulan
Data
1. Surveilans
aktif, adalah penyelenggaraan Surveilans epidemilogi dimana unit Surveilans
mengumpulkan data dengan cara mendatangi unit pelayanan kesehatan, masyarakat
atau sumber data lainnya.
2. Surveilans
Pasif, adalah Penyelenggaraan Surveilans epidemiologi dimana unit Surveilans
mengumpulkan data dengan cara menerima data tersebut dari unit pelayanan
kesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya.
c.
Penyelenggaraan Berdasarkan Pola Pelaksanaan
1. Pola
Kedaruratan, adalah kegiatan Surveilans yang mengacu pada ketentuan yang
berlaku untuk penanggulangan KLB dan atau wabah dan atau bencana
2. Pola Selain
Kedaruratan, adalah kegiatan Surveilans yang mengacu pada ketentuan yang
berlaku untuk keadaan di luar KLB dan atau wabah dan atau bencana.
Ruang
Lingkup Penyelenggaraan Surveilans Epidemiologi Kesehatan Masalah kesehatan
dapat disebabkan oleh beberapa sebab, oleh karena itu secara operasional
diperlukan tatalaksana secara integratif dengan ruang lingkup permasalahan
sebagai berikut:
a.
Surveilans Epidemiologi penyakit Menular
Merupakan
analisis terus menerus dan sistematika terhadap penyakit menular dan faktor
resiko untuk upaya pemberantasan penyakit menular.
b.
Surveilans
Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
Merupakan
analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit tidak menular dan
faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit tidak menular.
c.
Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan
Perilaku
Merupakan
analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit dan faktor resiko untuk
mendukung program penyehatan lingkungan.
d.
Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan
Merupakan
analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor
resiko untuk mendukung program-program kesehatan tertentu.
e.
Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra
Merupakan
analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah kesehatan dan faktor
resiko untuk upaya mendukung program kesehatan matra.
B. Manfaat
Surveilans Epidemiologi
Suatu sistim surveilans dapat dianggap bermanfaat bila
sistim tersebut :
1.
Dapat mendeteksi tanda-tanda adanya perubahan
kecenderungan dari suatu penyakit serta Mendeteksi adanya KLB
2.
Memperkirakan besarnya
suatu kesakitan
atau kematian yang berhubungan dengan masalah yang sedang
diamati.
3.
Merangsang penelitian, untuk menentukan suatu
tindakan penanggulangan atau pencegahan
4.
Mengidentifikasikan faktor resiko yang berhubungan
dengan kejadian suatu penyakit.
5.
Memungkinkan seseorang untuk melakukan penilaian
terhadap tindakan penanggulangan
6.
Mengawali upaya untuk meningkatkan tindakan-tindakan
praktek klinis oleh petugas kesehatan yang terlibat dalam sistim surveilans.
C. Surveilans
Epidemologi
Pengumpulan
data Surveilans di daerah Kec. Pallangga, Makassar kami
lakukan dengan mengambil data sekunder dari Puskesmas Pallangga. Adapun
pengolahan data yang kami lakukan berdasarkan hasil kunjungan ke Puskesmas
Pallangga, Kec. Pallangga, Makassar, dengan
mengolah data kejadian penyakit tersebut dan menyajikan dalam bentuk tabel, Adapun
data yang kami dapatkan adalah data kejadian penyakit Tahun 2015, yakni sebagai berikut:
1.
Data penyakit yang didapatkan :
a.
10 penyakit menular terbesar di Puskesmas Pallangga tahun
2015 yaitu:
No
|
Jenis penyakit
|
Jumlah Penderita
|
Total
|
|
L
|
P
|
|||
1
|
Diare
|
1040
|
1136
|
2176
|
2
|
Thypoid
|
311
|
380
|
691
|
3
|
Pneumonia
|
187
|
171
|
358
|
4
|
TB klinis
|
86
|
94
|
180
|
5
|
TB ( + )
|
94
|
71
|
169
|
6
|
Disentri
|
54
|
61
|
115
|
7
|
Susp DBD
|
52
|
42
|
94
|
8
|
Kusta MB
|
9
|
9
|
18
|
9
|
Hepatitis
Klinis
|
9
|
9
|
18
|
10
|
Susp
Campak
|
5
|
7
|
12
|
Sumber data dari
Puskesmas Pallangga 2015
b.
10 penyakit tidak menular terbanyak
:
No
|
Jenis penyakit
|
Jumlah penderita
|
Total
|
|
L
|
P
|
|||
1
|
Hipertensi
|
898
|
2563
|
3461
|
2
|
Diabetes
mellitus
|
260
|
713
|
973
|
3
|
PJK
|
89
|
143
|
232
|
4
|
Asma
|
50
|
88
|
138
|
5
|
Struma
|
7
|
84
|
91
|
6
|
Tumor
payudara
|
2
|
58
|
60
|
7
|
Tumor
kulit
|
10
|
12
|
22
|
8
|
Tumor genitalia interna perempuan
|
0
|
17
|
17
|
9
|
Stroke
|
3
|
7
|
10
|
10
|
Tyroitoksis
|
0
|
8
|
8
|
Sumber data dari Puskesmas Pallangga
2015
c.
Data penyakit berbasis lingkungan
No
|
Jenis penyakit
|
Jumlah penderita
|
Total
|
|
Laki – laki
|
Perempuan
|
|||
1
|
Diare
|
1040
|
1136
|
2176
|
2
|
Thypoid
|
311
|
380
|
691
|
3
|
Pneumonia
|
187
|
171
|
358
|
4
|
TB Paru
|
86
|
94
|
180
|
5
|
Disentri
|
54
|
61
|
115
|
6
|
Susp DBD
|
52
|
42
|
94
|
7
|
Hepatitis
Klinis
|
9
|
9
|
18
|
8
|
Susp
Campak
|
5
|
7
|
12
|
Sumber data dari Puskesmas Pallangga
2015
Dari 8 data penyakit berbasis
lingkungan yang telah di dapatkan dari hasil pengamatan , penyakit diare
merupakan penyakit tertinggi di Puskesmas Pallangga. Berikut diagram data
penyakit diare di tahun 2015 mulai dari bulan Januari sampa Desember .
Diagram Penyakit Diare Di Puskesmas Pallangga Tahun 2015 Bulan Januari
Sampai Desember
Penyakit
Berbasis Lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa kelainan fungsi
atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh interaksi manusia dengan
segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi penyakit.
a) Diare
Dari data
penyakit berbasis lingkungan yang diperoleh salah satu penyakit didalamnya
yaitu diare . Diare adalah suatu penyakit yang biasanya ditandai dengan perut
mulas, meningkatnya frekuensi buang air besar, dan konsentrasi tinja yang
encer. Tanda-tanda Diare dapat bervariasi sesuai tingkat keparahannya serta
tergantung pada jenis penyebab diare.Ada beberapa penyebab diare. Beberapa di
antaranya adalah Cyclospora cayetanensis, total koliform (E. coli, E.
aurescens, E. freundii, E. intermedia, Aerobacter aerogenes), kolera, shigellosis,
salmonellosis, yersiniosis, giardiasis, Enteritis
campylobacter, golongan virus dan patogen perut lainnya.
Penularannya
bisa dengan jalan tinja mengontaminasi makanan secara langsung ataupun tidak
langsung (lewat lalat). Untuk beberapa jenis bakteri, utamanya EHEC (Enterohaemorragic
E. coli), ternak merupakan reservoir terpenting. Akan tetapi, secara umum
manusia dapat juga menjadi sumber penularan dari orang ke orang. Selain itu,
makanan juga dapat terkontaminasi oleh mikroorganisme patogen akibat lingkungan
yang tidak sehat, di mana-mana ada mikroorganisme patogen, sehingga menjaga
makanan kita tetap berseih harus diutamakan.Cara Penularan melalui :
·
Makanan yang terkontaminasi dengan
bakteri E.Coli yang dibawa oleh lalat yang hinggap pada tinja, karena buang air
besar (BAB) tidak di jamban.
·
Air minum yang mengandung E. Coli
yang tidak direbus sampai mendidih.
·
Air sungai yang tercemar bakteri
E.coli karena orang diare buang air besar di sungai digunakan untuk mencuci
bahan makanan, peralatan dapur, sikat gigi, dan lain-lain.
·
Tangan yang terkontaminasi dengan
bakteri E.coli (sesudah BAB tidak mencuci tangan dengan sabun)
·
Makanan yang dihinggapi lalat
pembawa bakteri E.Coli kemudian dimakan oleh manusia.
Cara
pencegahan penyakit diare yang disesuaikan dengan faktor penyebabnya adalah
sebagai berikut :
1)
Pencegahan
terhadap penyediaan air tidak memenuhi
syarat yaitu gunakan air dari sumber terlindung serta pelihara dan tutup sarana agar terhindar
dari pencemaran
2)
Pencegahan
terhadap pembuangan kotoran tidak saniter yaitu Buang air
besar di jamban, Buang tinja bayi di jamban , dan Apabila belum punya jamban
harus membuatnya baik sendiri maupun berkelompok dengan tetangga.
3)
Pencegahan
terhadap Perilaku tidak higienis yaitu Cuci tangan
sebelum makan atau menyiapkan makanan, Cuci tangan dengan sabun setelah buang
air besar , Minum air putih yang sudah dimasak, Menutup makanan dengan tudung
saji , Cuci alat makan dengan air bersih , Jangan makan jajanan yang kurang
bersih dan Bila yang diare bayi, cuci botol dan alat makan bayi dengan air
panas/mendidih
b) Thypoid
Demam tifoid (Typhoid fever) adalah jenis penyakit yang berkaitan
dengan demam karena
adanya infeksi bakteri yang menyebar ke seluruh tubuh dan mempengaruhi banyak
organ. Tanpa pengobatan yang tepat maka penyakit ini dapat menyebabkan
komplikasi serius dan bisa berakibat fatal. Orang awan menyebutnya dengan demam tifus atau tipes, disebabkan oleh bakteri yang
disebut Salmonella typhi, juga berhubungan dengan bakteri yang menyebabkan
keracunan makanan salmonella.
Gejala demam
tifoid biasanya berkembang satu atau dua minggu setelah seseorang terinfeksi
dengan bakteri Salmonella typhi. Dengan pengobatan, gejala demam tifoid
meningkat dalam waktu tiga sampai lima hari. Gejala umum dari demam tifoid
dapat mencakup: suhu tinggi yang bisa mencapai 39-40 °C, sakit kepala., nyeri otot, sakit
perut, perasaan sakit, kehilangan nafsu makan, sembelit atau diare (dewasa cenderung
mendapatkan sembelit dan anak-anak cenderung mendapatkan diare)., ruam terdiri
dari bintik-bintik merah muda kecil, kelelahan serta ebingungan, seperti tidak
tahu di mana Anda berada atau apa yang terjadi di sekitar Anda.
c) Pneumonia
Pneumonia
adalah istilah medis yang menggambarkan sebuah penyakit pada paru-paru yang
dapat terjadi ringan hingga serius dan mengancam nyawa. Pneumonia paling serius
jika terjadi pada bayi dan anak-anak, orang tua diatas usia 65 tahun, dan
orang-orang dengan masalah kesehatan yang mendasarinya atau sistem kekebalan
tubuh yang lemah. Pneumonia adalah infeksi atau peradangan pada salah satu atau
kedua paru-paru, lebih tepatnya peradangan itu terjadi pada kantung udara
(alveolus, jamak: alveoli). Kantung udara akan terisi cairan atau nanah,
sehingga menyebabkan sesak nafas, batuk berdahak, demam, menggigil, dan
kesulitan bernapas. Infeksi tersebut disebabkan oleh berbagai organisme,
termasuk bakteri, virus dan jamur.
Ciri-ciri
dan gejala pneumonia antara lain: Demam, berkeringat dan menggigil Suhu tubuh
lebih rendah dari normal pada orang di atas usia 65 tahun, dan pada orang
dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah Batuk berdahak tebal dan kentel
(lengket) Nyeri dada saat bernapas dalam atau ketika batuk Sesak napas (nafas cepat)
Kelelahan dan nyeri otot Mual, muntah atau diare Sakit kepala.Berikut penyebab
pneumonia beserta klasifikasinya:
·
Pneumonia komunitas ini adalah jenis
pneumonia yang terbanyak. Terjadi di tengah-tengah masyarakat artinya di luar
rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, jenis pneumonia ini
disebabkan oleh: Virus, termasuk beberapa jenis virus yang juga menyebabkan
pilek dan flu. Virus adalah penyebab pneumonia pada anak yang paling sering
terjadi yakni di bawah usia 2 tahun. Viral pneumonia biasanya ringan. Akan
tetapi radang paru-paru yang disebabkan oleh virus influenza tertentu dapat
menyebabkan sindrom pernafasan akut (SARS), bisa menjadi sangat serius.
Bakteri, seperti Streptococcus pneumoniae dapat terjadi dengan sendirinya
(secara langsung) atau setelah mengalami flu atau batuk pilek sebagai
komplikasinya. Bakteri lain, seperti Mycoplasma pneumoniae, biasanya
menimbulkan gejala pneumonia yang lebih ringan dibanding jenis lainnya. Jamur,
biasanya dapat ditemukan di tanah dan kotoran burung. Ini merupakan Jenis
pneumonia yang paling sering terjadi pada orang dengan sistem kekebalan tubuh
yang lemah seperti HIV-AIDS dan pada orang yang telah menghirup organisme penyebab
dalam jumlah yaang besar.
·
Pneumonia yang didapat di rumah
sakit (Hospital-acquired pneumonia) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada
orang yang selama 48 jam atau lebih dirawat di rumah sakit karena penyakit
lainnya. Pneumonia ini bisa lebih serius karena biasanya bakteri penyebab lebih
resisten (kebal) terhadap antibiotik.
·
Perawatan kesehatan pneumonia (Health
care-acquired pneumonia) adalah infeksi
bakteri yang terjadi pada orang-orang yang tinggal di fasilitas perawatan
jangka panjang atau telah dirawat di klinik rawat jalan, termasuk pusat-pusat
dialisis ginjal. Seperti didapat di rumah sakit pneumonia. Pneumonia aspirasi
terjadi ketika seseorang menghirup makanan, minuman, muntahan atau air liur
masuk ke dalam paru-paru.
Pencegahan
Pneumonia yaitu dengan vaksinasi terhadap bakteri penyebab pneumonia dan vaksin
influenza. Hal ini penting bagi mereka yang berisiko tinggi seperti orang
dengan diabetes, asma, dan masalah kesehatan lainnya yang parah atau kronis. Di
samping itu juga harus menjaga kebersihan dengan rajin cuci tangan, tidak
merokok, serta istirahat cukup dan diet sehat untuk menjaga daya tahan tubuh.
d) TB Paru
Tuberculosis
(TBC) adalah batuk berdahak lebih dari 3 minggu, dengan penyebab penyakit
adalah kuman / bakteri mikrobakterium tuberkulosis. Tempat berkembang
biak penyakit adalah di paru-paru.
Cara penularan penyakit melalui udara, dengan proses sebagai berikut :
Cara penularan penyakit melalui udara, dengan proses sebagai berikut :
·
Penderita TBC berbicara, meludah,
batuk, dan bersin, maka kuman-kuman TBC yang berada di paru-paru menyebar ke
udara terhirup oleh orang lain.
·
Kuman TBC terhirup oleh orang lain
yang berada di dekaqt penderita.
Cara efektif
mencegah penyakit TBC (berdasarkan faktor penyebab penyakit), yaitu Satu kamar
dihuni tidak lebih dari 2 orang atau sebaiknya luas kamar lebih atau sma dengan
8m2/jiwa , Lantai rumah disemen , Memperbaiki lubang penghawaan / ventilasi , Selalu
membuka pintu/jendela terutama pagi hari , Menambah ventilasi buatan , Menutup
mulut bila batuk dan Membuang ludah pada tempatnya , Jemur peralatan dapur dan Jaga
kebersihan diri serta Istirahat yang
cukup , Makan makan bergizi serta Tidur
terpisah dari penderita
e) Disentri
Disentri
merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang menyebabkan tukak terbatas
di colon yang ditandai dengan gejala khas yang disebut sebagai sindroma
disentri, seperti: sakit di perut yang sering
disertai dengan tenesmus, berak-berak, dan tinja mengandung darah dan lendir. Disentri adalah radang usus
yang menimbulkan gejala meluas dengan gejala buang air besar dengan tinja
berdarah, diare encer dengan volume sedikit, buang air besar dengan tinja
bercampur lendir (mucus) dan nyeri saat buang air
besar (tenesmus).
f) Demam
Berdarah Dengue
Penyebab
Demam Berdarah Dengue adalah virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk aedes
aegypti. Sedangkan tempat berkembang biak dapat didalam maupun diluar rumah,
terutama pada tempat-tempat yang dapat menampung air bersih seperti :
·
Di dalam rumah / diluar rumah untuk
keperluan sehari-hari seperti ember, drum, tempayan, tempat penampungan air
bersih, bak mandi/WC/ dan lain-lain
·
Bukan untuk keperluan sehari-hari
seperti tempat minum burung, vas bunga, perangkap semen, kaleng bekas yang
berisi air bersih, dll
·
Alamiah seperti lubang pohon, lubang
batu, pelepah daun, tempurung kelapa, potongan bambu yang dapat menampung air
hujan, dll
Cara efektif
mencegah penyakit Demam Berdarah (berdasarkan faktor penyebab penyakit), yaitu Menutup
tempat penampungan air , Menguras bak mandi 1 minggu sekali , Memasang kawat
kasa pada ventilasi dan lubang penghawaan , Membuka jendela dan pasang genting
kaca agar terang dan tidak lembab, Seminggu sekali mengganti air tempat minum
burung dan vas bunga , Menimbun ban, kaleng, dan botol/gelas bekas serta Menaburkan
bubuk abate pada tempat penampungan air yang jarang dikuras atau memelihara
ikan pemakan jentik.
g) Hepatitis
Hepatitis
merupakan penyakit yang menyerang organ hati manusia. Di sini hati atau liver
mengalami peradangan sehingga membuat fungsi hati, yang sebagai tempat
penyaring racun-racun dalam darah, menjadi terganggu. Dengan terganggunya
fungsi hati tersebut, maka terganggu pula fungsi organ yang lain, sehingga
membuat kesehatan seseorang akan hancur secara keseluruhan. Akibat lainnya
adalah hati menolak darah yang mengalir sehingga tekanan darah menjadi tinggi
dan pecahnya pembuluh darah.
Penyebab
kerusakan fungsi hati atau liver ini bisa karena seseorang mengkonsumsi alkohol
secara berlebihan atau karena termakan racun yang membebani kerja liver dan
mengakibatkan fungsi hati menjadi rusak. Tetapi, pada kebanyakan kasus,
hepatitis disebabkan oleh virus yang ditularkan penderita hepatitis.
h) Campak
Campak
adalah infeksi yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini akan memunculkan ruam di seluruh
tubuh dan sangat menular. Campak bisa sangat mengganggu dan mengarah pada
komplikasi yang lebih serius. Gejala campak mulai muncul sekitar satu hingga
dua minggu setelah virus masuk ke dalam tubuh. Gejala campak yang
biasanya muncul yaitu Mata merah, Mata
menjadi sensitif terhadap cahaya, Gejala menyerupai pilek seperti
radang tenggorokan, hidung beringus atau tersumbat, Mengalami demam serta
Bercak putih keabu-abuan pada mulut dan tenggorokan.
D. Data Kejadian Luar Biasa ( KLB ) Di
Puskesmas Pallangga
Sumber data
dari Puskesmas Pallangga 2015
Dari survei
pengamatan penyakit di Puskesmas Pallangga kami memperoleh data KLB ( Kejadian
Luar Biasa) tahun 2015 yaitu Penyakit
tetanus neunatorum yang merupakan salah
satu penyakit berbasis lingkungan dalam kategori penyakit PD3I (
Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi ).
·
Faktor penyebab : neurotoksin
(tetanospamin) dari bakteri gram positif anaerob Clostridium tetani
dengan mula-mula 1-2 minggu setelah inokulasi bentuk spora ke dalam darah tubuh
yang mengalami cedera (masa inkubasi).
·
Faktor resiko : ibu hamil
yang tidak diberikan imunisasi TT menjelang kelahirannya, ibu
yang melahirkan pada dukun, orang yang terkena luka, radang telinga.
·
Perjalanan penyakit : Jika
seseorang mendapat luka, kemungkinan untuk terkena penyakit ini tetap ada
sekecil apapun lukanya. Luka tsb merupakan pintu masuk bakteri tetanus. Kuman
ini akan berkembang biak dan membentuk racun yang menyebar ke aliran
darah/limfe sepanjang serabut saraf motorik, medulla spinalis dan saraf
simpatis. Eksotoksin inilah yang merusak sel susunan saraf pusat dan saraf
tulang belakang.
·
Diagnosa penyakit : dengan
diagnosisà anamnesis : partus non-steril, status imunisasi, masa inkubasi,
period of onset, luka tusuk, otitis media ; pemeriksaan fisik : kekakuan otot,
kejang, kesadaran baik ; diagnosis berdasarkan data klinis, tidak ada
pemeriksaan penunjang yang membantu.Dengan diagnosis banding à trismus akibat
abses gigi, abses parafaring/retrofaring/peritonsiller ; sepsis neonatorum,
meningitis bakterialis, ensefalitis, rabies.
·
Masa inkubasi
: 4-21 hari
·
Penularan: vehicleborne
melalui benda-benda yang berkarat.
·
Cara pencegahan : Dengan
imunisasi, sebenarnya tubuh akan membuat antibody yang membuat anak kebal
terhadap penyakit. Bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat antibody
disebut vaksin.
E. Data Perilaku
Dari hasil kunjungan ke Puskesmas
Pallangga, kami mendapatkan informasi mengenai data perilaku masyarakat di Kec. Pallangga, Makassar, sudah cukup baik karena masyarakat
telah memilki kesadaran dan pengetahuan tentang PHBS yang bisa
dikatakan sudah cukup baik.
F. Data Lingkungan
Dari hasil kunjungan ke Puskesmas
Pallangga ,kami mendapatkan hasil yaitu dari
segi kebersihan puskesmas tersebut sudah memenuhi syarat kebersihan yang baik,
namun karena letak geografis dari puskesmas tersebut dekat dengan keramaian
yaitu berada dekat pasar sehingga
disekitar area puskesmas tersebut sangat bising.
G. Analisa Data
Sekunder dari Puskesmas Pallangga
Berdasarkan
data penyakit, data perilaku, dan data lingkungan yang kami peroleh, dari
Kunjungan Puskesmas Pallangga, kami dapat menganalisa bahwa sanitasi di daerah
tersebut masih belum baik dimana dari segi
kebersihan puskesmas tersebut sudah memenuhi syarat kebersihan yang baik, namun
karena letak geografis dari puskesmas tersebut dekat dengan keramaian
yaitu berada dekat pasar sehingga
disekitar area puskesmas tersebut sangat bising. sehigga daerah tersebut
ada ditemukan penyakit yang berbasis lingkungan.
BAB IV
PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan dari survei yang dilakukan di Puskesmas
Pallangga , kami memperoleh data sebanyak 10 penyakit menular terbesar di tahun
2015 yaitu penyakit diare sebagai
penyakit tertinggi dengan total penderita sebanyak 2176 orang dan terendah
adalah penyakit campak dengan jumlah penderita sebanyak 12 orang. Serta
didapatkan pula 10 data penyakit yang tidak menular terbesar di tahun 2015 yaitu penyakit
Hipertensi sebagai penyakit tertinggi dengan jumlah penderita sebanyak 3461
orang dan tyroitoksis sebagai penyakit terendah dengan jumlah penderita
sebanyak 6 orang. Dari survei yang telah dilakukan kami juga mendapatkan 8 data
penyakit yang merupakan penyakit berbasis lingkungan diantaranya adalah diare ,
TB Paru, disentri, pneumonia, campak, DBD, typoid dan Hepatitis.
Dari survei
pengamatan penyakit di Puskesmas Pallangga kami memperoleh data KLB ( Kejadian
Luar Biasa) tahun 2015 yaitu Penyakit
tetanus neunatorum yang merupakan salah
satu penyakit berbasis lingkungan dalam kategori penyakit PD3I (
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi ). Kejadian Penyakit tetanus
neunatorum di dapatkan di daerah Taeng dengan jumlah kematian sebanyak 1 orang
yang menunggal dunia.
b. Saran
Semoga
adanya laporan ini dapat memberikan gambaran tentang temuan kejadian penyakit
di Puskesmas Pallangga sehingga bentuk tindak lanjut berupa evaluasi kinerja
dan program kesehatan dapat diterapkan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Riezkhy. 2014. Puskesmas
Pallangga
https://riezkhyamalia.wordpress.com/2014/09/10/puskesmas-pallangga/. diakses
pada tanggal 22 Mei 2016.
Data
Sekunder Puskesmas Pallangga tahun 2015.
Imron,
Muhammad. 2013. “Praktik Surveilans
http://imronskm.blogspot.com/2013/05/laporan-praktik-surveilans-penyakit.html. diakses pada
tanggal 22 Mei 2016.
Laporan Tahunan Puskesmas Pallangga
tahun 2015.
Riri, 2011.
Letak Geografis Puskesmas Pallangga
http://santai-sukses.blogspot.com/2011/11/letak-gegrafis-puskesmas-pallangga.html. diakses pada
tanggal 23 Mei 2016.
LAMPIRAN
Anggota kelompok
IV yang telah melakukan survei atau pengambilan data penyakit di Puskesmas
Pallangga
Peta wilayah
Puskesmas Pallangga
Lokasi
Puskesmas Pallangga
Data para
pegawai yang bekerja di Puskesmas Pallangga
Data Kesehatan Lingkungan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar